Rasulan
atau Bersin Dusun
Suatu tradisi atau ritual tahunan yang sudah
lama diselenggarakan oleh masyarakat desa keruk banjarharjo kecamatan tanjung
sari kabupaten gunung kidul. Rasulan bagi masyarakat keruk dan sekitarnya ini
merupakan suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh para petani setelah masa
panan tiba. Hal ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa
atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepada semua warga serta untuk
menghormati Dewi Sri atau Dwi padi dan dhanyang (roh halus) penunggu tempat
tempat keramat.
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa,
disetiap dusun mempunyai suatu tempat khusus yang diyakini sebagai tempat
persemayaman dhanyang. Tempat tempat tersebut biasanya berupa pohon resan
(seperti pohon beringin, ipik, randu alas dan sebagainya). Atau watu dukun
(watu akik). Untuk itulah, warga dusun membuat tumpengan dan sesajen untuk
dipersembahkan kepada kepada dhanyang sebagai penolak bala sehingga mereka
tidak mengganggu warga.
Tradisi ini merupakan warisan nenek
moyang masyarakat keruk bahkan hampir disemua propinsi Gunung Kidul dan sudah
berlangsung sejak lama. Tradisi yang diselenggarakan setahun sekali ini
biasanya berlangsung beberapa hari dengan diawali kegiatan kerja bakti
membersihkan lingkungan di sekitar dusun seperti memperbaiki jalan, membuat
atau mengecat pagar pekarangan, membersihkan makam dan tempat persemayaman
dhanyang. Karena itu, tradisi Rasulan ini biasa juga disebut dengan istilah
merti deso atau bersih dusun.
Dewasa ini, tradisi Rasulan menjadi
semakin marak dengan berbagai rangkaian kegiatan olah raga dan pertunjukan seni
budaya. Kegiatan di siang hari biasanya diisi dengan pertandingan sepak bola
dan voli. Khusus untuk pertandingan voli, terkadang dilaksanakan pada sore
hari. Dalam kegiatan olah raga ini, pihak penyelenggara Rasulan mengundang
warga dari dusun lain untuk mengadakan pertandingan persahabatan. Sementara itu
kegiatan di malam hari biasanya diisi pertunjukan seni budaya seperti
kethoprak, wayang kulit, campur sari, atau tayuban. Pada hari puncak acara,
biasanya juga diadakan pertunjukan seni seperti reog, jathilan, dan kirab
mengelilingi dusun.
Hingga kini, masyarakat Gunungkidul
setiap tahun melaksanakan tradisi Rasulan ini dalam rangka menjaga dan
melestarikan nilai nilai positif yang terkandung didalamnya. Rasulan meniko
saged narik kalangan wasatawan luar daerah lan mancanegara.hal ini terbukti
dengan banyaknya pengunjung yang datang dan menyaksikan atraksi kesenian lokal
yang ditampilkan dalam rasulan ini.
Keistimewaan rasulan
Banyak nilai positif yang diperoleh
dari pelaksanaan tradisi rasulan ini.khususnya bagi masyarakat setempat,
tradisi ini merupakan salah satu kearifan lokal yang harus dilestarikan.selain
sebagai sarana untuk memupuk semangat kekeluargaan,tradisi ini juga menjadi
wadah untuk melestarikan kesenian gunung kidul. Sementara bagi masyarakat asing
ini menjadi tontonan menarik. Rasulan ini menjadi salah satu sarana untuk
mengetahui dan mengenal kesenian dan kebudayaan masayakat keruk dan pada
umumnya masyarakat gunungkidul.
Pada siang hari saat hari rasulan masyarakat
bisanya mengadakan kirab mengelilingi dusun dengan membawa gunungan dan
diiringi dengan jathilan, dramben, atau segerombol pemuda yang mengenakan
kostum yang menarik seperti prajurit kraton, petani, guru, satpam, polisi
bahkan dokter semuanya lengkap dengan peralatannya. Dan pada malamnya
dilanjutkan dengan hiburan wayang atau ketoprak.
Lokasi
Rasulan ini hampir dilaksanakan
didusun2 yg ada di kabupaten gunungkidul,
DIY, indonesia. Waktu pelaksanaanya berbeda beda, tergantung masyarakat
setempat dan kesepatan masyarakat setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar