SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOG
SUGIYATNO
SELAMAT MENIKMATI

Jumat, 13 Juli 2012


MITOS
Tugas Sastra Indonesia dan Satra Anak
Dosen Pengampu : Siti Anafiah, S.S., M.Pd


Disusun Oleh :
Sugiyatno
10 015 087
4c

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2012



MITOS
PULUNG GANTUNG
Mitos pulung gantung ini dipercaya oleh masyarakat Gunung Kidul. Pulung gantung merupakan cahaya merah yang berbentuk seperti bola api yang terbang,  masyarakat percaya bila pulung gantung ini hilang dirumah atau hinggap dipohon besar maka dapat dipastikan kalau dirumah tersebut atau rumah yang dekat pohon besar tersebut salah satu keluarganya akan ada yang mati dengan menggantung diri. Pulung gantung muncul pada malam hari biasanya muncul diatas jam 19.30 WIB, pulung gantung ini diyakini masyarakat gunung kidul sebagai simbol kematian atau pertanda buruk yang akan menimpa seseorang dengan cara menggantung diri. Pulung gantung bisa dilihat oleh mata telanjang, namun hanya sedikit orang saja yang mampu atau bisa melihatnya dari kejauhan. Penamaan pulung gantung sendiri itu dulu dari kata warga gunung kidul diambil karna cara mati seseorang tersebut dengan cara menggantung diri. Biasanya seuatu atau hal yang menyangkut atau berkaitan dengan peristiwa gantung diri tersebut harus dihancurkan dengan cara dibakar. Contohnya bila menggantung dipohon atau dikusen maka pohon atau kusen rumah tersebut harus harus dipotong dan dihancurkan dengan cara membakarnya. Masyarakat gunungkidul berkeyakinan bila hal yang menyangkut dengan peristiwa gantung diri tersebut tidak dihancurkan dengan cara dibakar maka pulung gantung tersebut akan datang kedesa itu lagi dan memakan korban lagi, namun bila hal yang berkaitan dengan pulung gantung tersebut sudah dihancurkan dengan cara membakarnya maka pulung gantung tersebut tidak akan kembali lagi. Didesa keruk 3, Banjarhanjo, tanjungsari, Gunung Kidul pernanah ada warga yang mati dengan gantung diri dan masyarakat percaya bahwa warga tersebut malam hari sebelum kematiannya dengan cara gantung diri tersebut ada salah satu warga yang menyaksikan adanya pulung gantung yang masuk dibagian belakang rumahnya. Dan ternyata memang benar keesokan harinya kurang lebih pukul 20.00 masyarakat menyaksikan bahwa pak Sowagiyo salah satu kepala keluarga dirumah tersebut meninggal gantung diri disebuah pohon kapas (September 2011) . Dan pada saat malam itu pula jenazah langsung dimakamkan dan menurut masyarak didaerah tersebut seseorang yang meninggalnya dengan cara tidak wajar atau gantung diri ini maka pemakamannya itu tidak wajar pula yaitu dengan cara jenazah tidak disucikan atau tidak dimandikan terlebih dahulu, tidak disholatkan dan perjalanan pemakaman menuju tempat pemakaman pun hanya ada kaum ( ustad yang biasanya bertugas mensholatkan jenazah), dan empat orang yang bertugas membawa keranda serta dua orang yang bertugas menaburkan bunga, dua orang yang bertugas membunyikan cambuk, dua orang lagi yang bertugas membunyikan kentongan. Masyarakat Di desa keruk, Banjarhanjo, tanjungsari, Gunung Kidul percaya bahwa pemakaman seseorang yang gantung diri tersebut tidak layak untuk dimakamkan selayaknya jenazah lain yang mati wajar. Dalam pemakaman yang tidak wajar tersebut masyarakat yakin bahwa bunyi cambuk dan kentongan tersebut bisa menolak pulung gantung tersebut supaya tidak lagi memakan keluarga korban lagi dan dapat menolak pulung gantung supaya pergi dari desa tersebut. Untuk memperkuat dan menghindari serta meminimalisir korban pulung gantung masyarakat Gunung Kidul khususnya desa keruk, Banjarhanjo, tanjungsari, Gunung Kidul melakukan ronda malam sambil membunyikan cambuk serta menabuh kentongan supaya pulung gantung tersebut tidak kembali dan tidak memakan korban di desa itu lagi kurang lebih selama tiga atau empat hari.

Nara sumber    :1. Sokarto keruk 2 Banjarharjo, Tanjungsari, Gunung Kidul
                         2. Puji. R keruk 2 Banjarharjo, Tanjungsari, Gunung Kidul