PEMBELAJARAN
BERBASIS BUDAYA
SUATU
MODEL PEMBELAJARAN
PADA
PEMBELAJARAN BAHASA
Pembelajaran
berbasis budaya membawa budaya lokal yang selama ini tidak selalu mendapat tempat dalam kurikulum sekolah, termasuk pada proses pembelajaran
beragam matapelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran
berbasis budaya, lingkungan belajar akan berubah menjadi lingkungan yang menyenangkan bagi guru dan siswa, yang memungkinkan
guru dan siswa berpartisipasi aktif berdasarkan budaya
yang sudah mereka kenal, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal.
PENGERTIAN
Sekolah merupakan salah satu tempat proses belajar terjadi. Sekolah merupakan tempat
kebudayaan, karena pada dasarnya proses belajar merupakan proses
pembudayaan. Dalam hal ini, proses pembudayaan di
sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, penegetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam
suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya
dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.
Budaya
menurut Tyler (1871) merupakan a complex whole which includes knowledge, belief, art,
law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as member of society . Sementara itu, ada lagi definisi yang menyatakan bahwa budaya adalah
pola utuh perilaku manusia dan produk yang dihasilkannya yang membawa pola pikir, pola
lisan, pola aksi, dan artifak, dan sangat tergantung pada kemampuan seseorang untuk
belajar, untuk beragam alat, bahasa dan pola nalar. Kedua definisi tersebut
menyatakan bahwa budaya merupakan suatu kesatuan utuh yang
menyeluruh, bahwa budaya memiliki beragam aspek dan perwujudan, serta bahwa
budaya dipahami melalui suatu proses belajar.
Dengan
demikian, belajar budaya merupakan proses belajar satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh
dari beragam perwujudan yang dihasilkan dan atau berlaku dalam suatu komunitas. Matapelajaran
yang diajarkan dalam kurikulum dan diberikan siswa di kelas, sebagai pola piker ilmiah,
merupakan salah satu perwujudan budaya, sabagai bagian budaya. Bahkan, Gray
(1999) menyatakan bahwa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
mencerminkan pencapaian upaya manusia pada saat
tertentu yang berbasis pada budaya saat itu. Asal muasal dari beragam matapelajaran tersebut mungkin bukan dari
Indonesia, atau bukan dari komunitas budaya kita. walaupun
matematika berasal dari Yunani, penerapan rumus-rumus dan torema matematika serta pola penalaran matematika yang dipelajari di sekolah di Indonesia ada dalam lingkungan budaya Indonesia.
PROSES PEMBUDAYAAN
Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan
tradisi budaya dari satu generasi kepada generasi
berikutnya dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses
enkultuturasi( enculturation) sedangkan adopsi tradisi
budaya dikenal sebagai proses akulturasi (aculturation). Ke dua proses tersebut berujung pada pembentukan budaya dalam suatu komunitas. Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam
keluarga, komunitas budaya suatu suku, atau budaya
suatu wilayah.. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua atau orang yang dianggap lebih muda. Tata krama,
adat istiadat, keterampilan suatu suku/keluarga biasanya
diturunkan kepada generasi berikutnya melalui proses enkulturasi.
Sementara itu, proses akulturasi biasanya terjadi
secara formal melalui pendidikan
seseorang
yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, dan
kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut;
misalnya seseorang yang baru pindah ke tempat baru, maka ia akan mempelajari bahasa, budaya, dan kebiasaan dari masyarakat
ditempat baru tersebut, lalu ia akan berbahasa dan berbudaya,
serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat itu. Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pendidikan juga dipandang
sebagai alat untuk perubahan budaya. Proses pembelajaran di
sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal (proses akulturasi). Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya
dan adopsi budaya tetapi juga perubahan budaya. Sebagaimana
diketahui, pendidkan menyebabkan terjadinya beragam perubahan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi. politik, dan agama. Namun,
pada saat yang bersamaan, pendidikan juga merupakan alat
untuk konservasi budaya-trasmisi, adopsi, dan pelestarian budaya. Mengingat besarnya peran pendidikan dalam proses
akulturasi maka pendidikan menjadi sarana utama pengenalan beragam
budaya baru yang kemudian akan diadopsi oleh sekelompok siswa dan kemudian dikembangkan serta dilestarikan. Budaya baru
tersebut sangat beragam, mulai dari budaya yang dibawa
oleh masing-masing peserta didik dan masing-masing bidang ilmu yang berasal bukan dari budaya setempat, budaya guru yang
mengajar, budaya sekolah, dan lain-lain. Pada kenyataannya, periode sekolah akan memisahkan seseorang dari komunitas budayanya karena sekolah memiliki budaya sendiri dan matapelajaran yang
diajarkan juga memperkenalkan budaya yang lain (bahkan
bertentangan) dengan tradisi budaya komunitasnya. Hal ini terutama karena
jarang ada sekolah atau guru yang mau atau mampu untuk mengintegrasikan
tradisi budaya siswa dengan matapelajaran yang diajarkanya. Situasi tersebut merupakan gambaran umum
yang terjadi karena orang menempatkan proses
pendidikan formal sebagai proses pembelajaran yang terpisah dari proses akulturasi dan terpisah dari konteks suatu komunitas budaya. Di samping itu, banyak juga
orang yang memandang matapelajaran di sekolah memiliki tempat yang lebih tinggi (social prestige), daripada tradisi budaya lokal yang dipandang tidak berarti dan rendah (discreditation)
(Bigge & Shermis, 1999). Keadaan ini diperburuk dengan kenyataan
bahwa hanya sebagian orang memiliki akses terhadap pendidikan karena berbagai kendala (sosio-ekonomik, geografik, waktu,
kemampuan), sehingga pendidikan menjadi bersifat elite, dan
disebut ivory tower. Padahal proses pendidikan sebagai pembudayaan memiliki nilai hanya jika hasilnya dapat diterapkan untuk
memecahkan permasalahan yang timbul dalam konteks suatu komunitas
budaya dan hanya jika lulusanya dapat berguna bagi pembangunan suatu
komunitas budaya lokal, maupun nasional (Asia and Pacific Programme of Educational
Innovation for Development, 1991).
Pembelajaran berbasis budaya merupakan suatu model
pendekatan pembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas siswa dengan berbagai
ragam latar belakang budaya yang dimiliki, diintegrasikan dalam proses pembelajaran
bidang studi tertentu, dan dalam penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam
perwujudan penilaian.
PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
Pembelajaran
berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan
pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang
fundamental bagi pendidikan sebagai ekspresi dari komunikasi suatu gagasan dan perkembangan
pengetahuan. Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah media bagi siswa
untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk dan prinsip
yang kreatif tentang alam. Dengan demikian, melalui pembelajaran berbasis
budaya, siswa bukan sekedar meniru dan atau menerima saja informasi
yang disampaikan tetapi siswa menciptakan makna, pemahaman, dan arti dari informasi yang
diperolehnya. Transformasi menjadi kunci dari penciptaan makna dan pengembangan pengetahuan. Dengan demikian, proses pembelajaran
berbasis budaya bukan sekedar mentransfer atau
menyampaikan budaya atau perwujudan budaya tetapi menggunakan budaya untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus
batas imajinasi, dan kreativitas untuk mencapai
pemahaman yang mendalam tentang matapelajaran yang dipelajarinya. Pembelajaran berbasis budaya dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya (Goldberg, 2000).satu lagi menurut buku ajar pendidikan
multikultural karangan ibu kristin
wardani yaitu belajar berbudaya.
1. Belajar tentang budaya.
Pada bentuk ini menempatkan budaya sebagai bidang
ilmu. Proses belajar tentang budaya sudah cukup kita kenal
selama ini, misalnya matapelajaran kesenian dan kerajinan tangan, seni dan satra, melukis, serta menggambar. Budaya dipelajari dalam satu
matapelajaran khusus tentang budaya untuk budaya.
Matapelajaran tersebut tidak diintegrasikan dengan matapelajaran yang lain dan tidak berhubungan satu sama lain. Di sekolah
tertentu yang mampu menyediakan sumber belajar seperti
alat musik dan perlatan drama dalam mempelajari budaya maka
matapelajaran budaya di sekolah tersebut akan berkembang relatif lebih baik. Namun banyak sekolah yang tidak memiliki sumber belajar yang
memadai sehingga matapelajaran tersebut menjadi
matapelajaran hafalan dari buku atau cerita guru. Dengan kondisi seperti itu pada akhirnya, matapelajaran budaya menjadi
tidak bermakna baik bagi siswa, guru, sekolah, maupun
pengembang budaya dalam komunitas tempat sekolah berada. Inilah ganbaran tentang ketidakberhasilan matapelajaran budaya dan
pengetahuan tentang budaya tidak pernah memperoleh
tempat proporsional baik dalam kurikulum maupun dalam pengembangan pengetahuan secara umum. Sementara matapelajaran lain
seperti matematika, sain dan pengetahuan sosial, bahasa
Indonesia dan lain-lain, dianggap penting sebagai suatu bukti
kemajuan negara. Dengan
demikian, matapelajaran budaya semaikin tersisihkan.
2. Belajar dengan budaya.
Terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada
siswa sebagai cara atau metode untuk mempelajari suatu
matapelajaran tertentu. Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan budaya. Dalam belajar dengan budaya, budaya dan perwujudannya menjadi media pembelajaran dalam proses belajar menjadi
konteks dari contoh tentang konsep atau prinsip dalam
suatu matapelajaran, menjadi konteks penerapan prinsip atau prosedur dalam suatu matapelajaran. Misalnya dalam mata
pelajaran matematika,untuk memperkenalkan bentuk bilangan (bilangan positif,
bilangan negatif) dalam satu garis bilangan, digunakan
garis bilangan yang menggunakan Cepot ( tokoh jenaka dalam wayang Sunda). Cepot akan memandu siswa berinteraksi dengan garis bilangan dan operasi bilangan.
3. Belajar melalui budaya.
Merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang
diciptakannya dalam suatu matapelajaran melalui ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya merupakan salah satu bentuk
multiple representation of learning assesment atau
bentuk penilaian pemahaman dalam beragam bentuk. Misalnya, siswa
tidak perlu mengerjakan tes untuk menjelaskan proses fotosintesis tetapi siswa
dapat membuat poster, membuat lukisan, lagu, ataupun puisi yang melukiskan proses
fotosintesis. Dengan menganalisa produk budaya yang diwujudkan siswa, guru
dapat menilai sejauh mana siswa memperoleh pemahaman dalam topik proses
fotosintesis dan bagaimana siswa menjiwai topik tersebut.
Belajar melalui budaya memungkinkan siswa untuk
memperhatikan kedalaman pemikirannya, penjiwaanya terhadap konsep atau prinsip yang
dipelajari dalam suatu matapelajaran, serta imaginasi kreatifnya dalam
mengekspresikan pemahamannya. Belajar melalui budaya dapat dilakukan di sekolah
dasar, sekolah menengah, ataupun perguruan tinggi dalam
matapelajaran apapun.
4.Belajar berbudaya
Belajar berbudaya merupakan bentuk
mengejawantahan budaya itu dalam perilaku nyata sehari hari siswa.Misalnya,anak
dibudayakan untuk selalu menggunakan bahasa krama inggil pada hari sabtu
melalui program sabtu budaya.
BENTUK DAN NILAI NILAI YANG DIKEMBANGKAN
DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
Wujud budaya itu dapat berupa wujud idiil(adat
tata kelakuan) yang abstrak yang terletak didalam pikiran masyarakat.Wujud
kedua adalah sistim sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu
sendiri.sifat kongkrit,bisa diopserfsi.Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik
yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda yang dapat diraba dan
dilihat.Ketiga wujud jebudayaan itu dalam kenyataan hidup tak bisa dipisah
pisahkan lagi satu dengan yang lainnya.
1.Bentuk bentuk
budaya daerah
a.cerita daerah contohnya maling kundang,roro mendut.
b.tari tarian contoh tari kancet papatai,tari perang suku dayak.
c.lagu lagu daerah contoh ilir ilir,sluku sluku bathok.
d.tradisi setempat contohnya tahlil,yasinan,bersih desa.
2.pakain daerah
masing masing.
a.nilai nilai yang terkandung dalam budaya daerah
Nilai nilai yang terdapat atau terkandung dalam budaya daerah sangat
beragam tergantung pada bentuk yang ada.Nilai nilai ini memiliki kearifan
budaya yang dapat dikembangkan dan dilakukan upaya pembelajarannya. Sekedar
contoh saja nilai nilai yang terdapat pada budaya daerah itu antara lain:
- Nilai nilai yang terdapat pada cerita daerah
© Kepatuhan dan penghormatan pada orang tua
(maling kundang)
© Emansipasi wanita (rara mendut)
- Tari
© Kepahlawanan,kelincahan,kegesitan,dan semangat
(tari kancet pepatay,tari cakalele ).
© Spiritual (tari kecak bali,tari saman aceh).
PENUTUP
Pembelajaran berbasis budaya membawa budaya lokal
yang selama ini tidak selalu
mendapat
tempat dalam kurikulum sekolah ke dalam proses pembelajaran beragam matapelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran berbasis budaya, lingkungan
belajar akan
berubah
menjadi lingkungan yang memungkinkan guru dan siswa berpartisipasi aktif berdasarkan budaya yang sudah mereka kenal sehingga dapat memperoleh hasil
belajar yang optimal. Siswa merasa senang dan diakui
keberadaan serta perbedaannya karena pengetahuan dan pengalaman budaya yang sangat kaya yang mereka miliki dapat diakui
dalam proses pembelajaran.
Sementara itu, guru berperan memandu dan
mengarahkan potensi siswa untuk menggali beragam budaya yang
sudah diketahui serta mengembangkan budaya tersebut pada fase berikutnya.
Selanjutnya interaksi guru dan siswa akan mengakomodasikan proses penciptaan makna dari
ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam matapelajaran di sekolah oleh
masingmasing individu. Beragam teknik dan alat ukur hasil belajar yang digunakan dalam
pembelajaran berbasis budaya pada dasarnya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dalam upaya siswa untuk menunjukkan keberhasilan dalam belajar dengan penciptaan makna
dan pemahaman terpadu, siswa dapat menggunakan bergam perwujudan dalam proses
hasil belajar seperti membuat poster, puisi, catatan harian, laporan ilmiah, tarian,
lukisan serta ukiran dan tidak hanya terfokus pada alat penilaian berbentuk tes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar