SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOG
SUGIYATNO
SELAMAT MENIKMATI

Jumat, 20 April 2012

pengetahuan tentang pendidikan multikulturral


PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
SUATU MODEL PEMBELAJARAN
PADA PEMBELAJARAN BAHASA

Pembelajaran berbasis budaya membawa budaya lokal yang selama ini tidak selalu mendapat tempat dalam kurikulum sekolah, termasuk pada proses pembelajaran beragam matapelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran berbasis budaya, lingkungan belajar akan berubah menjadi lingkungan yang menyenangkan bagi guru dan siswa, yang memungkinkan guru dan siswa berpartisipasi aktif berdasarkan budaya yang sudah mereka kenal, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal.

PENGERTIAN
Sekolah merupakan salah satu tempat proses belajar terjadi. Sekolah merupakan tempat kebudayaan, karena pada dasarnya proses belajar merupakan proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, penegetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.
Budaya menurut Tyler (1871) merupakan a complex whole which includes knowledge, belief, art, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as member of society . Sementara itu, ada lagi definisi yang menyatakan bahwa budaya adalah pola utuh perilaku manusia dan produk yang dihasilkannya yang membawa pola pikir, pola lisan, pola aksi, dan artifak, dan sangat tergantung pada kemampuan seseorang untuk belajar, untuk beragam alat, bahasa dan pola nalar. Kedua definisi tersebut menyatakan bahwa budaya merupakan suatu kesatuan utuh yang menyeluruh, bahwa budaya memiliki beragam aspek dan perwujudan, serta bahwa budaya dipahami melalui suatu proses belajar.
Dengan demikian, belajar budaya merupakan proses belajar satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh dari beragam perwujudan yang dihasilkan dan atau berlaku dalam suatu komunitas. Matapelajaran yang diajarkan dalam kurikulum dan diberikan siswa di kelas, sebagai pola piker ilmiah, merupakan salah satu perwujudan budaya, sabagai bagian budaya. Bahkan, Gray (1999) menyatakan bahwa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mencerminkan pencapaian upaya manusia pada saat tertentu yang berbasis pada budaya saat itu. Asal muasal dari beragam matapelajaran tersebut mungkin bukan dari Indonesia, atau bukan dari komunitas budaya kita. walaupun matematika berasal dari Yunani, penerapan rumus-rumus dan torema matematika serta pola penalaran matematika yang dipelajari di sekolah di Indonesia ada dalam lingkungan budaya Indonesia.

PROSES PEMBUDAYAAN
Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkultuturasi( enculturation) sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi (aculturation). Ke dua proses tersebut berujung pada pembentukan budaya dalam suatu komunitas. Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku, atau budaya suatu wilayah.. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua atau orang yang dianggap lebih muda. Tata krama, adat istiadat, keterampilan suatu suku/keluarga biasanya diturunkan kepada generasi berikutnya melalui proses enkulturasi.
Sementara itu, proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan
seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, dan kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut; misalnya seseorang yang baru pindah ke tempat baru, maka ia akan mempelajari bahasa, budaya, dan kebiasaan dari masyarakat ditempat baru tersebut, lalu ia akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat itu. Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pendidikan juga dipandang sebagai alat untuk perubahan budaya. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal (proses akulturasi). Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi budaya tetapi juga perubahan budaya. Sebagaimana diketahui, pendidkan menyebabkan terjadinya beragam perubahan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi. politik, dan agama. Namun, pada saat yang bersamaan, pendidikan juga merupakan alat untuk konservasi budaya-trasmisi, adopsi, dan pelestarian budaya. Mengingat besarnya peran pendidikan dalam proses akulturasi maka pendidikan menjadi sarana utama pengenalan beragam budaya baru yang kemudian akan diadopsi oleh sekelompok siswa dan kemudian dikembangkan serta dilestarikan. Budaya baru tersebut sangat beragam, mulai dari budaya yang dibawa oleh masing-masing peserta didik dan masing-masing bidang ilmu yang berasal bukan dari budaya setempat, budaya guru yang mengajar, budaya sekolah, dan lain-lain. Pada kenyataannya, periode sekolah akan memisahkan seseorang dari komunitas budayanya karena sekolah memiliki budaya sendiri dan matapelajaran yang diajarkan juga memperkenalkan budaya yang lain (bahkan bertentangan) dengan tradisi budaya komunitasnya. Hal ini terutama karena jarang ada sekolah atau guru yang mau atau mampu untuk mengintegrasikan tradisi budaya siswa dengan matapelajaran yang diajarkanya. Situasi tersebut merupakan gambaran umum yang terjadi karena orang menempatkan proses pendidikan formal sebagai proses pembelajaran yang terpisah dari proses akulturasi dan terpisah dari konteks suatu komunitas budaya. Di samping itu, banyak juga orang yang memandang matapelajaran di sekolah memiliki tempat yang lebih tinggi (social prestige), daripada tradisi budaya lokal yang dipandang tidak berarti dan rendah (discreditation) (Bigge & Shermis, 1999). Keadaan ini diperburuk dengan kenyataan bahwa hanya sebagian orang memiliki akses terhadap pendidikan karena berbagai kendala (sosio-ekonomik, geografik, waktu, kemampuan), sehingga pendidikan menjadi bersifat elite, dan disebut ivory tower. Padahal proses pendidikan sebagai pembudayaan memiliki nilai hanya jika hasilnya dapat diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam konteks suatu komunitas budaya dan hanya jika lulusanya dapat berguna bagi pembangunan suatu komunitas budaya lokal, maupun nasional (Asia and Pacific Programme of Educational Innovation for Development, 1991).
Pembelajaran berbasis budaya merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya yang dimiliki, diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu, dan dalam penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam perwujudan penilaian.

PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan sebagai ekspresi dari komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan. Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah media bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk dan prinsip yang kreatif tentang alam. Dengan demikian, melalui pembelajaran berbasis budaya, siswa bukan sekedar meniru dan atau menerima saja informasi yang disampaikan tetapi siswa menciptakan makna,  pemahaman, dan arti dari informasi yang diperolehnya. Transformasi menjadi kunci dari penciptaan makna dan pengembangan pengetahuan. Dengan demikian, proses pembelajaran berbasis budaya bukan sekedar mentransfer atau menyampaikan budaya atau perwujudan budaya tetapi menggunakan budaya untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus batas imajinasi, dan kreativitas untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang matapelajaran yang dipelajarinya. Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya (Goldberg, 2000).satu lagi menurut buku ajar pendidikan multikultural  karangan ibu kristin wardani yaitu belajar berbudaya.

1. Belajar tentang budaya.
Pada bentuk ini menempatkan budaya sebagai bidang ilmu. Proses belajar tentang budaya sudah cukup kita kenal selama ini, misalnya matapelajaran kesenian dan kerajinan tangan, seni dan satra, melukis, serta menggambar. Budaya dipelajari dalam satu matapelajaran khusus tentang budaya untuk budaya. Matapelajaran tersebut tidak diintegrasikan dengan matapelajaran yang lain dan tidak berhubungan satu sama lain. Di sekolah tertentu yang mampu menyediakan sumber belajar seperti alat musik dan perlatan drama dalam mempelajari budaya maka matapelajaran budaya di sekolah tersebut akan berkembang relatif lebih baik. Namun banyak sekolah yang tidak memiliki sumber belajar yang memadai sehingga matapelajaran tersebut menjadi matapelajaran hafalan dari buku atau cerita guru. Dengan kondisi seperti itu pada akhirnya, matapelajaran budaya menjadi tidak bermakna baik bagi siswa, guru, sekolah, maupun pengembang budaya dalam komunitas tempat sekolah berada. Inilah ganbaran tentang ketidakberhasilan matapelajaran budaya dan pengetahuan tentang budaya tidak pernah memperoleh tempat proporsional baik dalam kurikulum maupun dalam pengembangan pengetahuan secara umum. Sementara matapelajaran lain seperti matematika, sain dan pengetahuan sosial, bahasa Indonesia dan lain-lain, dianggap penting sebagai suatu bukti kemajuan negara. Dengan demikian, matapelajaran budaya semaikin tersisihkan.

2. Belajar dengan budaya.
Terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai cara atau metode untuk mempelajari suatu matapelajaran tertentu. Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan budaya. Dalam belajar dengan budaya, budaya dan perwujudannya menjadi media pembelajaran dalam proses belajar menjadi konteks dari contoh tentang konsep atau prinsip dalam suatu matapelajaran, menjadi konteks penerapan prinsip atau prosedur dalam suatu matapelajaran. Misalnya dalam mata pelajaran matematika,untuk memperkenalkan bentuk bilangan (bilangan positif, bilangan negatif) dalam satu garis bilangan, digunakan garis bilangan yang menggunakan Cepot    ( tokoh jenaka dalam wayang Sunda). Cepot akan memandu siswa berinteraksi dengan garis bilangan dan operasi bilangan.

3. Belajar melalui budaya.
Merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang diciptakannya dalam suatu matapelajaran melalui ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya merupakan salah satu bentuk multiple representation of learning assesment atau bentuk penilaian pemahaman dalam beragam bentuk. Misalnya, siswa tidak perlu mengerjakan tes untuk menjelaskan proses fotosintesis tetapi siswa dapat membuat poster, membuat lukisan, lagu, ataupun puisi yang melukiskan proses fotosintesis. Dengan menganalisa produk budaya yang diwujudkan siswa, guru dapat menilai sejauh mana siswa memperoleh pemahaman dalam topik proses fotosintesis dan bagaimana siswa menjiwai topik tersebut.


 Belajar melalui budaya memungkinkan siswa untuk memperhatikan kedalaman pemikirannya, penjiwaanya terhadap konsep atau prinsip yang dipelajari dalam suatu matapelajaran, serta imaginasi kreatifnya dalam mengekspresikan pemahamannya. Belajar melalui budaya dapat dilakukan di sekolah dasar, sekolah menengah, ataupun perguruan tinggi dalam matapelajaran apapun.
4.Belajar berbudaya
Belajar berbudaya merupakan bentuk mengejawantahan budaya itu dalam perilaku nyata sehari hari siswa.Misalnya,anak dibudayakan untuk selalu menggunakan bahasa krama inggil pada hari sabtu melalui program sabtu budaya.

BENTUK DAN NILAI NILAI YANG DIKEMBANGKAN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
            Wujud budaya itu dapat berupa wujud idiil(adat tata kelakuan) yang abstrak yang terletak didalam pikiran masyarakat.Wujud kedua adalah sistim sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri.sifat kongkrit,bisa diopserfsi.Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda yang dapat diraba dan dilihat.Ketiga wujud jebudayaan itu dalam kenyataan hidup tak bisa dipisah pisahkan lagi satu dengan yang lainnya.

1.Bentuk bentuk budaya daerah
a.cerita daerah contohnya maling kundang,roro mendut.
b.tari tarian contoh tari kancet papatai,tari perang suku dayak.
c.lagu lagu daerah contoh ilir ilir,sluku sluku bathok.
d.tradisi setempat contohnya tahlil,yasinan,bersih desa.
2.pakain daerah masing masing.
a.nilai nilai yang terkandung dalam budaya daerah
Nilai nilai yang terdapat atau terkandung dalam budaya daerah sangat beragam tergantung pada bentuk yang ada.Nilai nilai ini memiliki kearifan budaya yang dapat dikembangkan dan dilakukan upaya pembelajarannya. Sekedar contoh saja nilai nilai yang terdapat pada budaya daerah itu antara lain:

  1. Nilai nilai yang terdapat pada cerita daerah
© Kepatuhan dan penghormatan pada orang tua (maling kundang)
© Emansipasi wanita (rara mendut)
  1. Tari    
       © Kepahlawanan,kelincahan,kegesitan,dan semangat (tari kancet pepatay,tari                  cakalele ).
       ©   Spiritual (tari kecak bali,tari saman aceh).
  

PENUTUP
Pembelajaran berbasis budaya membawa budaya lokal yang selama ini tidak selalu
mendapat tempat dalam kurikulum sekolah ke dalam proses pembelajaran beragam matapelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran berbasis budaya, lingkungan belajar akan
berubah menjadi lingkungan yang memungkinkan guru dan siswa berpartisipasi aktif berdasarkan budaya yang sudah mereka kenal sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Siswa merasa senang dan diakui keberadaan serta perbedaannya karena pengetahuan dan pengalaman budaya yang sangat kaya yang mereka miliki dapat diakui dalam proses pembelajaran.
Sementara itu, guru berperan memandu dan mengarahkan potensi siswa untuk menggali beragam budaya yang sudah diketahui serta mengembangkan budaya tersebut pada fase berikutnya. Selanjutnya interaksi guru dan siswa akan mengakomodasikan proses penciptaan makna dari ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam matapelajaran di sekolah oleh masingmasing individu. Beragam teknik dan alat ukur hasil belajar yang digunakan dalam pembelajaran berbasis budaya pada dasarnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam upaya siswa untuk menunjukkan keberhasilan dalam belajar dengan penciptaan makna dan pemahaman terpadu, siswa dapat menggunakan bergam perwujudan dalam proses hasil belajar seperti membuat poster, puisi, catatan harian, laporan ilmiah, tarian, lukisan serta ukiran dan tidak hanya terfokus pada alat penilaian berbentuk tes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar